Sabtu, 09 April 2011

teori ekonomi : teori inflasi & deflasi


Teori-Teori Inflasi
Boediono (1994: 161) menjelaskan tiga teori inflasi sebagai berikut:
1) Teori Kuantitas. Teori kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi. Teori
ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari (a) jumlah uang yang beredar, dan (b)
psikologi (harapan ) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectations). Inti dari
teori ini adalah sebagai berikut:
(a) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar ( uang
kartal atau uang giral). Penambahan jumlah uang ibarat “bahan bakar” bagi api inflasi.
Bila jumlah uang tidak ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun
sebab musabab awal terjadinya inflasi.
(b) Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh
psikologi ( harapan ) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang.
Dalam hal ini ada tiga kemungkinan keadaan. Keadaan pertama, adalah bila masyarakat
tidak atau belum mengharapkan harga-harga untuk naik pada bulan-bulan mendatang.
Dalam keadaan ini, sebagian besar dari penambahan jumlah uang yang beredar akan
diterima oleh masyarakat untuk menambah likuiditasnya (memperbesar pos Kas neraca
anggota masyarakat). Ini berarti, sebagian besar dari penambahan jumlah uang tidak
dibelanjakan untuk pembelian barang. Berarti, tidak akan ada kenaikan permintaan
barang, yang berarti pula tidak akan ada kenaikan harga barang. Jika ada kenaikan harga,
hanya relatif kecil. Misalnya, penambahan jumlah uang yang beredar sebesar 10%, hanya
akan diikuti oleh kenaikan harga-harga sebesar 1%. Keadaan ini biasanya dijumpai pada
waktu inflasi masih baru mulai dan masyarakat masih belum sadar bahwa inflasi sedang
berlangsung. Keadaan kedua, adalah keadaan di mana masyarakat mulai sadar adanya
inflasi. Masyarakat mulai mengharapkan adanya kenaikan harga. Penambahan jumlah
uang yang beredar, tidak lagi untuk menambah pos Kas-nya, tetapi untuk membeli barang
( memperbesar pos aktiva barang-barang di dalam neraca). Hal ini akan menyebabkan
meningkatnya permintaan barang. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga barang.
Dalam hal ini, penambahan jumlah uang yang beredar 10%, akan diikuti kenaikan hargaharga
sebesar 10% pula. Keadaan ini biasanya dijumpai pada waktu inflasi sudah berjalan
cukup lama, dan masyarakat cukup waktu untuk menyesuaikan sikapnya terhadap situasi
yang baru. Keadaan ketiga, adalah keadaan di mana inflasi telah terjadi lebih parah
(hiperinflasi). Dalam keadaan ini masyarakat telah kehilangan kepercayaannya terhadap
Nuhfil Hanani 4
nilai mata uang. Masyarakat cenderung enggan memegang uang kas. Begitu menerima
uang kas, masyarakat cenderung langsung membelanjakannya. Masyarakat memiliki
harapan bahwa laju inflasi di bulan-bulan mendatang lebih besar dari laju bulan-bulan
sebelumnya. Keadaan ini ditandai dengan makin cepatnya peredaran uang. Dalam
keadaan ini penambahan jumlah uang sebesar 10% misalnya, akan menyebabkan
kenaikan harga-harga lebih besar dari 10%.
2). Teori Keynes. Teori ini menyatakan, bahwa inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin
hidup di luar batas kemampuan perekonomiannya. Proses inflasi menurut pandangan ini,
tidak lain adalah proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok-kelompok sosial
yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh
masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan di
mana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang
yang tersedia sehingga timbul apa yang disebut dengan inflationary gap (celah inflasi).
Inflationary gap ini timbul karena golongan-golongan masyarakat tersebut berhasil
menerjemahkan keinginan mereka menjadi permintaan efektif akan barang-barang.
Dengan kata lain, mereka berhasil memperoleh dana untuk mengubah keinginannya
menjadi rencana pembelian barang-barang yang didukung dengan dana. Golongan
masyarakat ini, mungkin adalah pemerintah sendiri yang menginginkan bagian yang
lebih besar dari output masyarakat dengan jalan melakukan defisit anggaran belanja yang
ditutup dengan mencetak uang baru. Golongan ini mungkin juga pihak swasta yang ingin
melakukan investasi baru dan memperoleh dana pembiayaannya dari kredit bank.
Golongan ini bisa juga dari serikat buruh yang berusaha memperoleh kenaikan gaji para
anggotanya melebihi kenaikan produktivitas kerja buruh. Apabila permintaan efektif dari
golongan-golongan masyarakat tersebut, pada harga-harga yang berlaku, melebihi
jumlah maksimum barang-barang yang bisa dihasilkan oleh masyarakat, maka
inflationary gap akan timbul. Akibatnya, akan terjadi kenaikan harga-harga barang.
Dengan adanya kenaikan harga, sebagian dari rencana pembelian barang dari golongangolongan
tadi tentu tidak bisa terpenuhi. Pada periode berikutnya, golongan-golongan
yang tidak bisa memenuhi rencana pembelian barang tadi, akan berusaha memperoleh
dana lagi ( baik dari pencetakan uang baru, kredit bank, atau kenaikan gaji). Tentunya
tidak semua golongan tersebut berhasil memperoleh tambahan dana yang diinginkan.
Golongan yang berhasil memperoleh tambahan dana lebih besar bisa memperoleh bagian
dari output yang lebih banyak. Mereka yang tidak bisa memperoleh tambahan dana
akan memperoleh bagian output yang lebih sedikit. Golongan yang kalah dalam
Nuhfil Hanani 5
perebutan ini adalah golongan yang berpenghasilan tetap atau yang penghasilannya
tidak naik secepat kenaikan laju inflasi ( pensiunan, PNS, petani, karyawan perusahaan
yang tidak mempunyai serikat buruh). Inflasi akan terus berlangsung selama jumlah
permintaan efektif masyarakat melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan masyarakat.
Inflasi akan berhenti jika permintaan efektif total tidak melebihi jumlah output yang
tersedia.
Proses timbulnya inflationary gap, dapat dijelaskan melalui Gb. 5.3 berikut. Disini
diasumsikan bahwa semua golongan masyarakat bisa memperoleh dana , pada tingkat
harga-harga yang berlaku, untuk membiayai rencana-rencana pembelian barang-barang.
Misal, pemerintah memperbesar pengeluaran dengan mencetak uang baru. Berarti terjadi
inflationary gap, dalam hal ini sebesar Q1Q2, yang ditandai bergesernya kurva
permintaan agregat dari Z1 ke Z2. Akibatnya harga naik dari P1 ke P2. Dengan kenaikan
harga ini, golongan masyarakat tersebut tidak dapat memenuhi permintaannya karena
jumlah barang-barang yang tersedia tidak dapat melebihi OQ1, sehingga yang terjadi
hanya realokasi barang-barang yang tersedia dari golongan-golongan lain dalam
masyarakat ke sektor pemerintah. Seandainya pada periode berikutnya, golongan
masyarakat lain bisa memperoleh dana untuk membiayai rencana-rencana pembeliannya
dengan harga yang baru, dan pemerintah juga tetap berbuat demikian maka inflationary
Harga S
P4
P3
Z4
P2
Z3
P1
Z2
Z1
0 Q1 Q2 Output
Gb. 5.3. Proses Terjadinya Inflationary Gap
Nuhfil Hanani 6
gap Q1Q2 akan tetap timbul. Harga akan naik dari P2 ke P3. Apabila golongan-golongan
masyarakat tetap berusaha memperoleh jumlah barang yang sama dan mereka berhasil
memperoleh dana untuk membiayai rencana-rencana pembelian tersebut pada tingkat
harga yang berlaku, maka inflationary gap akan tetap timbul pada periode-periode
selanjutnya. Dalam hal ini harga-harga akan terus naik. Inflasi akan berhenti hanya bila
salah satu golongan masyarakat tidak lagi ( atau tidak bisa lagi) memperoleh dana untuk
membiayai rencana-rencana pembelian barang-barang pada harga yang berlaku, sehingga
permintaan efektif masyarakat secara keseluruhan tidak lagi melebihi jumlah barangbarang
yang tersedia.
Gambar 5.4 menunjukkan proses inflasi yang akhirnya berhenti karena inflationary gap
makin mengecil dan akhirnya hilang pada periode ke-5. pendapatan.
Harga menjadi stabil pada P5. Dalam kondisi demikian beberapa golongan masyarakat
menerima bagian output yang lebih kecil. Inflasi selalu diikuti dengan terjadinya
redistribusi
3) Teori Struturalis. Teori strukturalis adalah teori inflasi yang didasarkan atas pengalaman
di negara-negara Amerika Latin. Teori ini menekankan pada ketegaran (infleksibilitas)
dari struktur perekonomian negara-negara sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan
dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian ( yang, menurut definisi faktor-faktor
ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang) , maka teori ini bisa
disebut teori inflasi “ jangka panjang”. Dengan kata lain yang dicari disini adalah :
Harga S
P5
P4
P3 Z5
P2 Z4
Z3
P1
Z2
Z1
Output
Gb. 5.4. Proses Inflasi Semakin Mengecil
Nuhfil Hanani 7
faktor-faktor jangka panjang manakah yang bisa mengakibatkan inflasi ( yang
berlangsung lama)? Menurut teori ini ada dua ketegaran dalam perekonomian negaranegara
sedang berkembang yang bisa menimbulkan inflasi, yaitu :
(1) Ketegaran yang pertama berupa “ ketidakelastisan” dari penerimaan ekspor, yaitu nilai
ekspor yang tumbuh secara lamban dibanding dengan pertumbuhan sektor-sektor lain.
Kelambanan ini disebabkan oleh : (a) Harga di pasar dunia dari barang-barang ekspor
negara tersebut makin tidak menguntungkan ( dibanding dengan harga-harga barang
impor yang harus dibayar), atau sering disebut dengan istilah dasar penukaran (term of
trade) semakin memburuk. Dalam hal ini sering dianggap bahwa harga barang-barang
hasil alam, yang merupakan barang-barang ekspor dari negara-negara sedang
berkembang, dalam jangka panjang naik lebih lambat dari pada harga barang-barang
industri, yang merupakan barang-barang impor negara-negara sedang berkembang,
(b) Suplai atau produksi barang-barang ekspor tidak responsif terhadap kenaikan
harga ( tidak elastis). Kelambanan pertumbuhan ekspor berarti pula kelambanan
kemampuan untuk impor barang-barang yang dibutuhkan ( baik barang konsumsi
maupun investasi). Akibatnya negara yang bersangkutan mengambil kebijakan
pembangunan yang menekankan pada pengembangan produksi dalam negeri untuk
barang-barang yang sebelumnya diimpor ( import-substitution strategy) walaupun
harus sering dengan biaya produksi yang lebih tinggi dan kualitan yang lebih rendah.
Biaya yang lebih tinggi menyebabkan harga produk menjadi lebih tinggi. Dengan
demikian inflasi akan terjadi.
(2). Ketegaran kedua berkaitan dengan “ ketidakelastisan” dari suplai atau produksi bahan
makanan. Pertumbuhan bahan makanan tidak secepat pertumbuhan penduduk dan
penghasilan per kapita, sehingga harga bahan makanan di dalam negeri cenderung
naik melebihi kenaikan harga barang-barang lain. Akibat selanjutnya adalah
timbulnya tuntutan dari para karyawan di sektor industri untuk memperoleh kenaikan
gaji/upah. Kenaikan upah berarti kenaikan biaya produksi, yang berarti kenaikan
harga barang-barang produksi. Kenaikan barang-barang, mengakibatkan tuntutan
kenaikan upah lagi. Kenaikan upah akan diikuti oleh kenaikan harga produk. Dan
seterusnya. Proses ini akan berhenti dengan sendirinya apabila harga bahan makanan
tidak terus naik.
Dalam praktek, proses inflasi yang timbul karena dua ketegaran tersebut tidak berdiri
sendiri-sendiri. Kedua proses tersebut saling berkaitan dan bahkan saling memperkuat
satu sama lain.
Nuhfil Hanani 8
Disamping teori-teori tersebut, A.W. Phillips dari London School of Economics
berhasil menemukan hubungan yang erat antara tingkat pengangguran dan tingkat perubahan
upah nominal ( Soediyono, 1992 : 201 ; Samuelson dan Nordhaus, 1997 : 327). Penemuan
tersebut diperoleh dari hasil pengolahan data empirik perekonomian Inggris periode 1861-
1957 dan kemudian menghasilkan teori yang dikenal dengan Kurve Phillips. Cara
menurunkan kurva phillips ini dapat digambarkan secara singkat sebagai berikut ( Gb. 5.5).
Kurva WP adalah kurva Phillips yang merupakan garis regresi dari hubungan antara
persentase perubahan tingkat upah nominal dan tingkat pengangguran. Setiap titik dalam
gambar tersebut menunjukkan kombinasi nilai persentase perubahan tingkat upah nominal
dan persentase tingkat pengangguran pada tahun yang bersangkutan. Semua titik tersebut
membentuk diagram pencar. Dari diagram pencar ini ditarik garis regresi. Dari Gb. 5.5.
tersebut jelas bahwa antara persentase perubahan tingkat upah nominal dan persentase
pengangguran mempunyai hubungan yang negatif. Artinya, meningkatnya tingkat upah
nominal akan disertai oleh menurunnya tingkat pengangguran. Sebaliknya menurunnya
tingkat upah nominal akan disertai meningkatnya tingkat pengangguran. Kueva dalam Gb.
5.5. disebut kurva phillips dalam bentuk asli.
Persentase perubahan
Tingkat upah nominal
+ W
Tingkat pengangguran
Dalam persen
0
-
P
Gb. 5.5. Kurva Phillips dalam bentuk Asli dan Cara Menurunkannya
Nuhfil Hanani 9
Disamping yang asli ditemukan juga kurva phillips dalam bentuk yang sudah direvisi
(Gb. 5.6).
Sumbu vertikal Gb. 5.6. menunjukkan tingkat inflasi, bukan perubahan tingkat upah nominal.
Kurva ini ada hubungannya dengan yang asli, mengingat bahwa perubahan tingkat harga
tendensinya adalah setinggi tingkat kenaikan tingkat upah nominal dikurangi dengan tingkat
kenaikan produktivitas kerja.


Dalam ekonomi, deflasi adalah suatu periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah.[1] Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar. Salah satu cara menanggulangi deflasi adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga.
Deflasi Peredaran uang disuatu negara turun.

deflasi ada dua macam
1. resesi (mild deflation)
2. depresi..... sebenarnya ada lagi 1 lagi
"great depression" terjadi ketika perang dunia, saat itu Keynes muncul dengan bukunya "Wealth of Nation",
"General Theory ".

dampak : pengangguran meningkat, perekonomian lesu.

cara penanggulangan ada beberapa cara, yaitu dengan :
(Aggregate Demand Management)
-turunkan suku bunga ( akan meningkatkan investasi)
-tingkatkan pembelanjaan pemerintah
-turunkan pajak

DAMPAK DEFLASI
1.Pengaruh terhadap perekonomian negara adlah:

 a.Produsen akan mengurangi jumlah produksinya karena harga barang cenderung turun.

 b.Akibat produsen mengurangi produksinya maka banyak perusahaan yang mengurangi jumlah pegawai atau tenaga kerjanya sehingga angka pengangguran akan semakin bertambah

 c.Calon investor akan menunda,bahkan membatalkan rencana investasinya

 d.Pendapatan negara yg berasal dari pajak perusahaan cenderun menurun

 e.Perekonomian negara akan semakin menurun,bahkan semakin memburuk.

  Oleh karena perekonomian negara semakin memburuk maka dapat mengakibatkan menurunnya pendapatan nasional sehingga tingkat konsumsi maupun investasi juga akan mengalami penurunan.Berikut cara untuk menanggulangi deflasi.

 a.Pemerintah menambah aoggaran untuk kepentingan belanja,minimal sebesar celah deflasioner.

 b.Menambah uang yg beredar dg cara mencetak mata uang baru

 c.Mengeluarkan kebijakan moneter,khususnya kebijakan diskonto dg cara menurunkan suku bunga.Dg menurunkan suku bunga diharapkan jumlah uang yg beredar akan bertambah.Kebijakan ini disebut juga Kebijakan Uang Longgar

 d.Mendorong masyarakat agar menambah jumlah konsumsinya dan jg investasinya.


sumber : wikipedia.com
             buku teori ekonomi 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar